Kelas 2 ini gue ikutan bimbel.
Gue ikutan bimbel karena tuntutan hidup sebagai pelajar SMA yang digerayangi oleh 1 kata 'UNDANGAN'. Oleh karena itu atas saran Hirari, gue ikutan bimbel di suatu tempat yang gue namai piiiip *. Kata dia waktu semester 1 yang ikut bimbel dia doang tapi bimbelnya tetep jalan. Terus gue mikir 'Wah lumayan juga bimbel di sono. Jadi kayak privat tapi bayarnya lebih murah wekekekeek.'
Dan akhirnya, gue bersama Kiya bimbel di piiip juga.
Dan akhirnya lagi, yang ikutan bimbel di piiip jadi bertambah menjadi 7 orang di semester 2. Mungkin hati (orang tua) mereka pada tergerak setelah melihat rapor. Who knows?
Eh sori, ralat, this is not the end. Tulisan di atas cuma prolog.
Jadi dulu gue biasa berangkat bimbel bareng Tebe, temen sekelas gue, naik Kotayu. Buat yang ga tau Kotayu itu apaan, Kotayu itu sejenis transportasi umum beroda empat dengan supir yang berbeda setiap harinya. Mirip-mirip angkot lah. Kadang gue juga berangkat bareng Naris, kalo kebetulan ketemu, dan Kiya, yang lalu pergi meninggalkan kami karena lebih memilih transportasi gratis dari temen sekelasnya :')
Gue dan Tebe selalu setia dengan Kotayu. Tapi kami tidak puas. Kami ingin lebih. Kami ingin Kotayu yang agak cepat dan bisa nganter langsung ke tempat les karena kadang gue dan Tebe nyambung ojek atau jalan kaki, yang mengakibatkan perut yang telah kami isi di kantin sekolah jadi mendadak kosong lagi. Tapi tak apa, karena saat itu kita berpikir bahwa Kotayu adalah yang terbaik.
Namun semua berubah pada hari itu, hari ketika gue, Tebe, Naris, dan Kejek berangkat bareng.
Mungkin saat itu kita lagi apes banget atau gimana soalnya semua Kotayu yang lewat Galan penuh semua. Mungkin ada sisa tempat kosong 1-2 orang tapi karena rasa kesetiakawanan yang tinggi kami tidak rela meninggalkan satu sama lain #eaaa #sepik. Mana lagi hujan gerimis. Jadi bete kan.
Tapi waktu ngeliat ada taksi yang berisi penumpang lewat di hadapan kami, tiba-tiba Kejek nyeletuk
"Apa naik taksi aja yok kita!"
"Gaya banget lu jek."
"Ahahahahah mentang mentang anak RC."
"Eh tapi kayaknya malah lebih murah loh jatohnya, kan kita bareng-bareng."
"Iyasih, palingan cuma 20rebuan. Kita kan berempat."
"Eh, mayan tuh bisa goceng doang perorang!"
"Iya daripada naek ojek 12rebay."
Terus gue nyeletuk, "Eh, beneran nih mau naek taksi??" Gue udah dalam posisi siap manggil taksi padahal taksinya belom ada.
"Yaudah yok naek taksi aja!"
Dan akhirnya pencarian kami beralih dari Kotayu menjadi taksi. Kan lumayan kalo naik Kotayu sama ojek ongkosnya jadi Rp 6.000,00 sementara kalo naik taksi cukup bayar Rp 5.000,00 perorang lo udah bisa duduk nyaman dan enak. Karena ga dapet-dapet taksi yang mengarah ke Depok, kami menugaskan Kejek, karena dia cowok satu-satunya (but somehow I doubt that #eh) untuk nyari taksi di arah yang berlawanan. Taksi pertama si Kejek ditolak sama mas-masnya karena masnya cuma mau yang arah tujuannya sama kayak dia, ke Lenteng Agung. Agak ngeselin sih soalnya setelah sekian lama kami nungguin taksi dan ngeliat Kejek masuk ke dalam taksi kami langsung hip-hip-horray dan cepet-cepet nyebrang ke seberang. Eh belom setengah jalan Kejek udah keluar dan taksinya udah melaju cepat. PHPnya super.
Singkat cerita, akhirnya kami dapet taksi. Jadi kami memutuskan setiap mau berangkat les naik taksi aja. Terus Kiya jadi ikutan lagi pulang bareng. Dan suatu saat pas lagi belajar di tempat les ada yang ngusulin buat grup bbm
"Jek, lo send fotonya ke bbm gue ya," kata gue. Picturesnya itu adalah catetan yang ada di papan tulis karena lagi pada males nyatet.
"Ke gue juga ya."
"Gue juga."
"Eh apa kita buat grup bbm aja ya?"
"Iya iya! Biar lo send picturesnya ke situ aja."
"Terus gue nge PINGnya gampang kalo mau berangkat. Biasanya kan gue kopas terus ngirim ke lo satu-satu"
"Terus namanya 'GENG TAXI' aja!"
"Wah cakep tuh cakep cakep!"
"Lo lagi buat grupnya Teb?"
"Iyak. Ini udah gue invite."
Dan akhir dari seakhir-akhirnya cerita di postingan ini, terbentuklah nama 'GENG TAXI'.